PENGARUH TEKTONIK DALAM KEBENCANAAN
GEOLOGI DAERAH PANTAI BARAT PULAU SUMATERA
Indonesia merupakan daerah
kepulauan, tercatat hingga kini 17.508 pulau yamg memiliki morfolofi yang cukup
unik maupun complex dan selebihnya
lagi merupakan hamparan lautan. Hal ini disebabkan oleh tatanan tektonik yang membentuk
morfologi dan bentukan alam,dalam hal ini perilaku tektonik dipengaruhi oleh
yang disebut dengan plate atau dalam
bahasa Indonesianya disebut dengan lempeng. Lempeng dapat bergerak dikarenakan
adanya fluida magma bawah permukaan yang terus beraktifitas, maka dari itu bentukan
pulau bisa saja berubah. baik bentuknya maupun lokasinya, hingga saat ini saja Indonesia
bergerak 7 cm setiap tahunnya.
Dapat dianalogikan lapisan
kerakbumi ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung
diatas lapisan mantel astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis
kerak bumi yakni kerak Samudera, yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan
sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak Benua, tersusun
oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak Samudera. Akibat adanya aliran
panas yang mengalir di dalam astenofer, menyebabkan kerakbumi ini pecah menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerakbumi. Dengan
demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.
Arus konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan
terjadinya pergerakan lempeng
Bentukan kenampakan alam yang
signifikan ini disebabkan karena Indonesia terletak pada zona pertemuan 2 continent plate (lempeng benua) dan 1 oceanic plate (lempeng samudra) yaitu lempeng
Benua Eurasia dan Hindia-Australia dan lempeng Samudera Pasifik. Dua continental plate ini ditunjukkan dengan
adanya zona subduksi (tumbukan) sehingga
dapat dipastikan daerah ini sangat besar kemungkinannya mengalami efek dari
aktifitas tersebut. Pertemuan antar lempeng ini yang menyebabkan
terakumulasinya gaya-gaya yang dapat menimbulkan Gempa Bumi. Selama lempeng
tersebut terus bergerak, maka Gempa Bumi masih akan terjadi. Zona pertemuan
antar ini terletak memanjang dari pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa
hingga kepulauan Maluku.
Zona subdaksi yang terbentuk itu
menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal, yang akan
membentuk pegunungan lipatan, jalur gunungapi/magmatik, persesaran batuan, dan
jalur gempabumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu
terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti
palung (parit), cekungan busurmuka, cekungan antar gunung dan cekungan busur
belakang. Pada jalur gunungapi/magmatik biasanya akan terbentuk zona
mineralisasi emas, perak dan tembaga, sedangkan pada jalur penunjaman akan
ditemukan mineral kromit. Setiap wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi
tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur maupun kegempaanya.
Aktifitas tektonikdi kawasan
sumatera terjadi bukan dalam skala waktu yang singkat, melainkan mencakup dalam
skala waktu Geologi. Aktifitas ini bermula sejak 50 juta tahun yang lalu (Awal
Eosen), setelah benua kecil India bertubrukan dengan Himalaya, ujung tenggara
benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan membentuk kawasan
Indonesia bagian barat. Saat itu kawasan Indonesia bagian timur masih berupa
laut (laut Filipina dan Samudra Pasifik). Lajur penunjaman yang bergiat sejak
akhir Mesozoikum (skala waktu geologi) di sebelah barat Sumatera, menyambung ke
selatan Jawa dan melingkar ke tenggara - timur Kalimantan - Sulawesi Barat, dan
begitu seterusnya
Maka dari itu daerah di pulau
Sumatera ini berMorfologi sangat kompleks, dari curam, perbukitan, pegunungan,
pedataran dll.Pada daerah yang menjadi
zona lemah akan terbentuk patahan-patahan yang di kemudian harinya berimplikasi
terhadap terjadinya bencana, zona lemah ini dikemudian harinya kita kenal
dengan Sesar Semangko yang berkembang dari tektonik daerah busur sumatera yang
terpampang dalam bentuk paparan Bukit Barisan dari Aceh hingga Sumatera Barat. Hal
ini yang menunjukkan mengapa daerah sepanjang pantai barat Sumatera bergejolak
dan berakibat pada Gemba besar. Butuh kajian khusus
yang lebih dalam untuk mencapai kesimpulan yang baik akan kondisi pantai
Sumatera.
Oleh karna aktifitas tektonik yang sangat
sering, maka daerah disekitar zona subduksi itu akan mengalami berbagai
fenomena, seperti gempa yang berkelanjutan, (Aceh-Nias), yang berdampak pada
terjadinya Tsunami. Tak ayal, Padang
hingga 2 kali mengalami Gempa dasyat yang berujung kepada bencana Nasional dan
korban yang cukup banyak. Oleh karena hal itu, Pemerintah yang dalam hal ini
sebagai pihak yang memiliki maklumat besar, untuk dapat mengantisipasi segala
keadaan yang mungkin terjadi. Membangun sistem peringatan dini, penyuluhan-penyuluhan,
ataupun sistem pengawasan yang tinggi menjadi kewajiban yang harus di
laksanakan.DA
DIDI AULIA
MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN(UNPAD)
BANDUNG OKTOBER 2009
auliadidi@yahoo.com