Rabu, 26 September 2012

PENGARUH TEKTONIK DALAM KEBENCANAAN GEOLOGI DAERAH PANTAI BARAT PULAU SUMATERA



PENGARUH TEKTONIK DALAM KEBENCANAAN GEOLOGI DAERAH PANTAI BARAT PULAU SUMATERA 





   
Indonesia merupakan daerah kepulauan, tercatat hingga kini 17.508 pulau yamg memiliki morfolofi yang cukup unik maupun complex dan selebihnya lagi merupakan hamparan lautan. Hal ini disebabkan oleh tatanan tektonik yang membentuk morfologi dan bentukan alam,dalam hal ini perilaku tektonik dipengaruhi oleh yang disebut dengan plate atau dalam bahasa Indonesianya disebut dengan lempeng. Lempeng dapat bergerak dikarenakan adanya fluida magma bawah permukaan yang terus beraktifitas, maka dari itu bentukan pulau bisa saja berubah. baik bentuknya maupun lokasinya, hingga saat ini saja Indonesia bergerak 7 cm setiap tahunnya.
Dapat dianalogikan lapisan kerakbumi ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung diatas lapisan mantel astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak Samudera, yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak Benua, tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak Samudera. Akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer, menyebabkan kerakbumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerakbumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya. Arus konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng
Bentukan kenampakan alam yang signifikan ini disebabkan karena Indonesia terletak pada zona pertemuan 2 continent plate (lempeng benua) dan 1 oceanic plate (lempeng samudra) yaitu lempeng Benua Eurasia dan Hindia-Australia dan lempeng Samudera Pasifik. Dua continental plate ini ditunjukkan dengan adanya zona subduksi (tumbukan) sehingga dapat dipastikan daerah ini sangat besar kemungkinannya mengalami efek dari aktifitas tersebut. Pertemuan antar lempeng ini yang menyebabkan terakumulasinya gaya-gaya yang dapat menimbulkan Gempa Bumi. Selama lempeng tersebut terus bergerak, maka Gempa Bumi masih akan terjadi. Zona pertemuan antar ini terletak memanjang dari pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa hingga kepulauan Maluku.
Zona subdaksi yang terbentuk itu menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal, yang akan membentuk pegunungan lipatan, jalur gunungapi/magmatik, persesaran batuan, dan jalur gempabumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti palung (parit), cekungan busurmuka, cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang. Pada jalur gunungapi/magmatik biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak dan tembaga, sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit. Setiap wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur maupun kegempaanya.
Aktifitas tektonikdi kawasan sumatera terjadi bukan dalam skala waktu yang singkat, melainkan mencakup dalam skala waktu Geologi. Aktifitas ini bermula sejak 50 juta tahun yang lalu (Awal Eosen), setelah benua kecil India bertubrukan dengan Himalaya, ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan membentuk kawasan Indonesia bagian barat. Saat itu kawasan Indonesia bagian timur masih berupa laut (laut Filipina dan Samudra Pasifik). Lajur penunjaman yang bergiat sejak akhir Mesozoikum (skala waktu geologi) di sebelah barat Sumatera, menyambung ke selatan Jawa dan melingkar ke tenggara - timur Kalimantan - Sulawesi Barat, dan begitu seterusnya
Maka dari itu daerah di pulau Sumatera ini berMorfologi sangat kompleks, dari curam, perbukitan, pegunungan, pedataran dll.Pada daerah yang  menjadi zona lemah akan terbentuk patahan-patahan yang di kemudian harinya berimplikasi terhadap terjadinya bencana, zona lemah ini dikemudian harinya kita kenal dengan Sesar Semangko yang berkembang dari tektonik daerah busur sumatera yang terpampang dalam bentuk paparan Bukit Barisan dari Aceh hingga Sumatera Barat. Hal ini yang menunjukkan mengapa daerah sepanjang pantai barat Sumatera bergejolak dan berakibat pada Gemba besar. Butuh kajian khusus yang lebih dalam untuk mencapai kesimpulan yang baik akan kondisi pantai Sumatera.
 Oleh karna aktifitas tektonik yang sangat sering, maka daerah disekitar zona subduksi itu akan mengalami berbagai fenomena, seperti gempa yang berkelanjutan, (Aceh-Nias), yang berdampak pada terjadinya Tsunami. Tak ayal, Padang hingga 2 kali mengalami Gempa dasyat yang berujung kepada bencana Nasional dan korban yang cukup banyak. Oleh karena hal itu, Pemerintah yang dalam hal ini sebagai pihak yang memiliki maklumat besar, untuk dapat mengantisipasi segala keadaan yang mungkin terjadi. Membangun sistem peringatan dini, penyuluhan-penyuluhan, ataupun sistem pengawasan yang tinggi menjadi kewajiban yang harus di laksanakan.DA


DIDI AULIA
MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN(UNPAD)
BANDUNG OKTOBER 2009
auliadidi@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar